Sabtu, 02 November 2019

Upacara Ritual Budaya Ruwatan Daerah Jawa

Wawan Setiawan Tirta
UPACARA ruwatan






I. MAKNA UPACARA Ruwatan
Ruwatan menurut bahasa yang berarti menjaga, menyelamatkan atau menjauhkan dari bencana.
Upacara ruwatan itu mempunyai arti jelas, dan menjauhkan manusia dari kesengsaraan yang upacaranya biasanya melalui gebyar wayang kulit, atau  "Murwa Kala".
Ruwatan adalah salah satu tujuan seremonial Jawa untuk membebaskan manusia, atau daerah dari bahaya. Inti dari acara ini adalah ritual pemurnian atau untuk berdoa, meminta perlindungan Tuhan terhadap ancaman bahaya seperti bencana alam dan lain-lain, mungkin
meminta pengampunan dosa dan kesalahan yang telah Anda lakukan, yang dapat menyebabkan bencana atau dianggap nasib buruk penyebab atau sial bagi seseorang.

II. ASAL USUL
Upacara ruwatan sebenarnya berasal dari cerita wayang, yang disebut Murwakala atau Purwakala. Purwa berarti asli atau appetizer, Kala berarti bencana. Jadi, maksud dari Purwakala berarti lepas dari bencana.
Cerita  asal-usul lahir raksasa bernama Kala.
Waktu Bethara Guru dengan istrinya, Dewi Uma. Terbang tinggi di laut Andhini naik banteng. Batara Guru taktertahankan nafsunya, ingin menjadi orang dan mengawini Dewi Uma. Tapi Uma menolak. Akhirnya hasrat nafsu birahi Betara Guru (sperma) jatuh ke dunia ( bumi ), dan berubah menjadi makhluk yang besar, menjadi makhluk  raksasa yang sangat besar. Setelah dewasa suatu ketika ingin mencari ayahnya dan terbang ke surga atau khayangan. Setelah berjumpa Batara Guru mengakui jika anak itu adalah anaknya dengan ibu dewi Uma. Anak yang berbadan raksasa itu diberi nama Kala. Kala bertanya kepada Batara Guru tentang anak manusia yang boleh dimakan atau jadi makannannya. Batara Guru menjawab, bahwa manusia yang termasuk anak-anak Sukerta, yaitu anak yang memiliki nasib buruk karena kelahiran di hari atau saat sial atau yang memiliki dosa. Kala turun ke dunia dan mencari mangsanya yang ditunjukkan oleh Batara Guru. Batara Guru lagi menyadari bahwa anak-anak Raden Sukerta sangat banak. Jika tidak dicegah maka Kala di dunia akan memakan manusia sebanyak-banyaknya yang akhirnya akan habis dimakan Kala. Akhirnya, Betara Guru menyuruh Raden Sukerta agar anaknya tidak dimakan Kala maka harus diadakan Ruwatan dan Kala akan kembali ke kayangan setelah diberikan sesaji oleh keluarga Sukerta. dengan cara upacara Ruwatan tadi.
Menurut aturan Jawa upacara ruwatan memegang peranan  untuk anak-anak, diyakini Batara Kala tidak memakan anak anak. Upacara melalui pagelaran wayang kulit dengan lakon Kala, dengan persembahan sesaji untuk mengusir batara Kala agar kembali tempat asalnya.















III. TUJUAN
Ruwatan itu bertujuan untuk kembali ke situasi sebelumnya, berarti bahwa situasi sekarang kurang baik berarti kita kembali dalam situasi sebelumnya yang sudah baik. Sedangkan ruwatan kedua adalah membebas diri orang atau barang atau desa dari ancaman bencana yang kemungkinan akan akan terjadi dan upacara itu sebenarnya untuk menghidarkan diri dari bencana atau membuang sial.

IV. Jenis ruwatan
1. Ruwatan untuk diri sendiri
    Ruwatan untuk diri sendiri memiliki tujuan untuk membersihkan diri seseorang yang dianggap          mempunyai nasib buruk, atau dosa. Biasanya hanya dapat ditebus melalui meditasi, Poso, atau    selamatan.
2. Ruwatan lingkungan
    Ruwatan lingkungan, seperti perumahan. Hal ini bertujuan untuk:
- Memberi pagar  ghoib, pagar itu untuk menahan, menghentikan, dan memindahkan setiap bersifat negatif yang  terdapat pada rumah itu, atau yang akan maduk kedalam rumah yang diruwat. Biasanya memerlukan sesaji (tumbal) .
- Memberi pagar tak terlihat, sehingga seseorang yang berniat buruk tidak dapat masuk ke rumah.
- Memberi pagar ghaib untuk melindungi atau mengurung/nolak setan.
3. Ruwatan untuk daerah
Ruwatan daerah bertujuan untuk menolak bencana atau bahaya di daerah. Biasanya dengan pagelaran wayang lakukan malam hari. Tujuannya adalah memanjatkan doa agar daerah dapat diberi hasil panen yang melimpah yang bisa membuat daerah makmur, damai, dan tenang sejahtera.

V. ANAK Sukerta
Menurut literatur "Aturan ruwatan Murwa Kala"  anak yang harus  diruwat yaitu:
Pertama adalah sukerto karena kelahiran, antara lain:

  • Ontang-anting        : Anak tunggal laki-laki.
  • Unting-unting        : Anak tunggal wanita.
  • Gedhana-gedhini : Satu anak laki-laki dan satu anak wanita dalam keluarga.
  • Uger-uger lawang : Dua anak laki-laki dalam keluarga.
  • Kembar sepasang : Dua anak wanita dalam keluarga.
  • Pendhawa : Lima anak laki-laki dalam keluarga.
  • Pendhawa pancala putri : Lima anak perempuan dalam keluarga.
  • Kembar : Dua anak laki-laki atau wanita lahir bersamaan.
  • Gotong Mayit : Tiga anak wanita semua.
  • Cukil dulit : Tiga anak laki-laki semua.
  • Serimpi : Empat anak wanita semua.
  • Sarambah : Empat anak laki-laki semua.
  • Sendang kapit pancuran: Anak tiga, dua laki-laki, yang tengah wanita.
  • Pancuran kapit sendang : Anak tiga, dua wanita, yang tengah laki-laki.